Di
awal era pertumbuhan Islam, Dunia Pengetahuan mengalami zaman
keemasan dengan bermunculannya ilmuwan – ilmuwan muslim yang sampai
sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar
dari perkembangan pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya
publisitas dan banyaknya peristiwa sejarah yang menjadikan nama – nama
mereka kurang dikenal bahkan di kalangan para umat muslim itu sendiri,
berikut 10 ilmuwan muslim yang sangat berjasa bagi dunia pengetahuan
1. IBNU RUSHD (AVERROES)
Abu
Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520
Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim
terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang
mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu,
seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd
mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu
Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan
pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk
mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu
Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat
Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,
termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi
Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang
filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai
dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar
karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua,
yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada
abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya.
Karya :
?Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
?Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
?Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam
Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat)
2. IBNU SINA / Avicenna
Ibnu
Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang
sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang
produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan
pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern”
dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan
dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang
kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa.
Dia
adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar.
Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap
oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton
menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu
yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya
yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi
At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber – sumber berkuasa.
Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan
sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga
sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) /
980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah
Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat
Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya
dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn
Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia
menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun
secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran
Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa,
yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn
Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya
segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia
menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang
luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran
pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang
pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar
yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian
dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun
bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa
tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya,
dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan.
pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan
buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus
sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi
perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam
mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat
puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles,
sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak
dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian
singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga
dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan,
yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang
mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan
sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia
16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan
pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode –
metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai
seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran
tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan
metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi
dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan
obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar
dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
3. AL-BIRUNI
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6lKGroiGxQHmjxeuoHyrqId8OPuI_m-t_FvrSpYm0xj0rd29FoPZyXU_8vCpX5S5zaKr6m3Hoq0I8SBbwkmPvWuIMdphH7MDAx8QOTW-poPM82oI7-NQKRt1k1k4L7wmtSAoZUToA9u1O/s1600/al-biruni.jpg)
Merupakan
matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis
ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang
banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.Abu
Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah yang pada
masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan
pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-Biruni
merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn
Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu
Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera
Abu Al Abbas Ma’mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga
mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau
dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama
mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga mengetahui bahasa
Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia menulis bukunya dalam
bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.Sebahagian karyanya
ialah:? Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath,
Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. ? Ketika
berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian
proyeksi peta, “Kartografi”, yang termasuk metodologi untuk membuat
proyeksi belahan bumi pada bidang datar. ?
Ketika berusia 27, dia
telah menulis buku berjudul “Kronologi” yang merujuk kepada hasil
kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk
sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4
buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah. ?
Beliau membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16)
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya kepada matematika termasuk:
- aritmatika teoritis and praktis
- penjumlahan seri
- analisis kombinatorial
- kaidah angka 3
- bilangan irasional
- teori perbandingan
- definisi aljabar
- metode pemecahan penjumlahan aljabar
- geometri
- teorema Archimedes
- sudut segitiga
4. Al-Khawarizmi
Nama
Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain
itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi,
al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan
beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M
adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat
antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup
sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau
hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal
tahun 266H/850M di Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan
bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan
luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat
tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik,
ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa
Beliau
telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah
pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad.
Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika
dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India
dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga
merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan
aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari
dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang
begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.
PERANAN DAN SUMBANGAN AL-KHAWARIZMI
Sumbangsihnya dalam bentuk hasil karya diantaranya ialah :
- Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
- Hisab
al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh
persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang sebagian
besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam
bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
- Sistem
Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam
sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos,
Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri , teorema
segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan
lingkaran dalam geometri.
Banyak lagi konsep dalam
matematika yang telah diperkenalkan al-khawarizmi . Bidang astronomi
juga membuat al-Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai
ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian
tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang
berkaitan dengan bintang].
Pribadi al-Khawarizmi
Kepribadian
al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini
dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-pencapaian
yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal
ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata….” al-Khawarizmi
mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya
untuk dunia sains”.
Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang
diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika
dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi
kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul
geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements]
hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada
perkataan yunani iaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’ berarti
pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang
berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini
dipelajari sejak zaman firaun [2000SM]. Kemudian Thales Miletus
memperkenalkan geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam
kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah menyempurnakan
kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke9M.
Algebra/aljabar
merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi telah diterjemahkan
oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa
pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra
wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M.
Sebelum ini tak ada istilah aljabar.
5. Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber
Lahir
di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini
lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal
dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal
sebagai ‘syuhada’ demi penyebaran ajaran Syi’ah. Jabir kecil menerima
pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah,
dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki
Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu
tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga
menguasai ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan
matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di
bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of
The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak
Kimia Modern.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium
dekat Bawwabah di Damaskus. Pada masamasa inilah, ia banyak
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal
pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali ia mengadakan
penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia
lakukan setelah umurnya menginjak dewasa.
Dalam penelitiannya itu,
Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang
dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan
hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri
uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan :
“Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya
dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan
yang mungkin masih terpendam “.
Dari Damaskus ia kembali ke kota
kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika
penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan, laboratoriumnya yang
telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang
hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.
Teori Jabir
Pada
perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen
pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar
sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur,
penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan
oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis
hampir semua ‘technique’ kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan
langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai
bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat
dimurnikan melalui proses penyulingan.
Khusus menyangkut fungsi dua
ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan,
bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus
dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih
sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan,
dan penghabluran.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan
mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak
berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir
melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen.
Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang
mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun demikian, Jabir tetap saja
seorang yang tawadlu’ dan berkepribadian mengagumkan. “Dalam
mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan
eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan
spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun
mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami
kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar,” tulis Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang
dilakukan oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan
logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan
proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat
dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para
pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin
Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan
diorganisasikan dengan bersemangat.
Terobosan Jabir lainnya dalam
bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat
dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini
dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi
kehormatan sebagai ‘Bapak Ilmu Kimia Modern’ oleh sejawatnya di
seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika
ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka
carilah langsung ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah Jabir?
Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak tertentu.
Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern
sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa
sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji
keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat
berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu
dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan
dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari
produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya
memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu
penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses
pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting
dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas,
amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis
asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan
material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian
beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul
Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu
Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai
pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian
metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi
yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah
Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul SummaPerfecdonis.
Suatu pernyataan dari buku ini mengenai
reaksi kimia adalah: “Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur)
bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap
bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah
keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya
mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah
sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian
rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika
dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh
instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur)
mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu
kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan
permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.”
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai
dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan
metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia
merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
Air
(spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan,
seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida, Metal, seperti
pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan Bahan campuran, yang dapat
dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan
risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia –termasuk kitabnya yang
masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab’een, telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah
diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan
judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua
Kitab Al Sab’een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya
di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,
mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of
Perfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang
pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir
sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi
sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula
memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang
telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al Zilaq al
Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of
Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). “Di
dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode
riset kimia,” tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu
pengetahuan modern pantas ‘berterima kasih’ padanya.
6. Ibnu Ismail Al Jazari
Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Robotika Modern:
Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot.
”Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting.
Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain,
merakit, dan membuat sebuah mesin” (Donald Hill).
Kalimat di atas
merupakan komentar Donald Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang
tertarik dengan sejarah teknologi, atas buku karya ahli teknik Muslim
yang ternama, Al-Jazari. Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di
bidang mekanik dan industri. Lahir dai Al Jazira, yang terletak
diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai
tigris dan Efrat.Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar biasa pada
masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz
Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas.
Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak
Modern Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi
rancangan mesin-mesin modern saat ini, diantaranya combustion engine,
crankshaft, suction pump, programmable automation, dan banyak lagi.
Ia dipanggil Al-Jazari karena lahir di Al-Jazira, sebuah wilayah yang
terletak di antara Tigris dan Efrat, Irak. Seperti ayahnya ia mengabdi
pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200
sebagai ahli teknik.
Donald Routledge dalam bukunya Studies in
Medieval Islamic Technology, mengatakan bahwa hingga zaman modern ini,
tidak satupun dari suatu kebudayaan yang dapat menandingi lengkapnya
instruksi untuk merancang, memproduksi dan menyusun berbagai mesin
sebagaimana yang disusun oleh Al-Jazari. Pada 1206 ia merampungkan
sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan dunia
teknik.Beliau mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap
dengan rincian gambar-gambarnya dalam buku, “al-Jami Bain al-Ilm Wal
‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal” (The Book of Knowledge of Ingenious
Mechanical Devices). Bukunya ini berisi tentang teori dan praktik
mekanik. Karyanya ini sangat berbeda dengan karya ilmuwan lainnya,
karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail hal yang
terkait dengan mekanika. Dan merupakan kontribusi yang sangat berharga
dalam sejarah teknik.
Keunggulan buku tersebut mengundang decak
kagum dari ahli teknik asal Inggris, Donald Hill (1974). Donald
berkomentar bahwa dalam sejarah, begitu pentingnya karya Al-Jazari
tersebut. Pasalnya, kata dia, dalam buku Al-Jazari, terdapat instruksi
untuk merancang, merakit, dan membuat mesin.
Di tahun yang sama
juga 1206, al-Jazari membuat jam gajah yang bekerja dengan tenaga air
dan berat benda untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis,
yang dalam interval tertentu akan memberikan suara simbal dan burung
berkicau. Prinsip humanoid automation inilah yang mengilhami
pengembangan robot masa sekarang. Kini replika jam gajah tersebut
disusun kembali oleh London Science Museum, sebagai bentuk penghargaan
atas karya besarnya.
Pada acara World of Islam Festival yang
diselenggarakan di Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak kagum
dengan hasil karya Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum merekonstruksi
kerja gemilang Al-Jazari, yaitu jam air.
Ketertarikan
Donald Hill terhadap karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk
menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974, atau enam abad dan enam puluh
delapan tahun setelah pengarangnya menyelesaikan karyanya.
Tulisan
Al-Jazari juga dianggap unik karena memberikan gambaran yang begitu
detail dan jelas. Sebab ahli teknik lainnya lebih banyak mengetahui
teori saja atau mereka menyembunyikan pengetahuannya dari orang lain.
Bahkan ia pun menggambarkan metode rekonstruksi peralatan yang ia
temukan.
Karyanya juga dianggap sebagai sebuah manuskrip terkenal di
dunia, yang dianggap sebagai teks penting untuk mempelajari sejarah
teknologi. Isinya diilustrasikan dengan miniatur yang menakjubkan.
Hasil kerjanya ini kerap menarik perhatian bahkan dari dunia Barat.
Dengan karya gemilangnya, ilmuwan dan ahli teknik Muslim ini telah
membawa masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia hidup dan
bekerja di Mesopotamia selama 25 tahun. Ia mengabdi di istana Artuqid,
kala itu di bawah naungan Sultan Nasir al-Din Mahmoud.
Al-Jazari
memberikan kontribusi yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan dan
masyarakat. Mesin pemompa air yang dipaparkan dalam bukunya, menjadi
salah satu karya yang inspiratif. Terutama bagi sarjana teknik dari
belahan negari Barat.
Jika menilik sejarah, pasokan air untuk
minum, keperluan rumah tangga, irigasi dan kepentingan industri
merupakan hal vital di negara-negara Muslim. Namun demikian, yang
sering menjadi masalah adalah terkait dengan alat yang efektif untuk
memompa air dari sumber airnya.
Masyarakat zaman dulu memang telah
memanfaatkan sejumlah peralatan untuk mendapatkan air. Yaitu, Shaduf
maupun Saqiya. Shaduf dikenal pada masa kuno, baik di Mesir maupun
Assyria. Alat ini terdiri dari balok panjang yang ditopang di antara
dua pilar dengan balok kayu horizontal.
Sementara Saqiya merupakan
mesin bertenaga hewan. Mekanisme sentralnya terdiri dari dua gigi.
Tenaga binatang yang digunakan adalah keledai maupun unta dan Saqiya
terkenal pada zaman Roma.
Para ilmuwan Muslim melakukan eksplorasi
peralatan tersebut untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
Al-Jazari merintis jalan ke sana dengan menguraikan mesin yang mampu
menghasilkan air dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan mesin
yang pernah ada sebelumnya.
Al-Jazari, kala itu, memikul tanggung
jawab untuk merancang lima mesin pada abad ketiga belas. Dua mesin
pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf, mesin ketiganya
adalah pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air menggantikan tenaga
binatang.
Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di
Sungai Yazid di Damaskus dan diperkirakan mampu memasok kebutuhan air
di rumah sakit yang berada di dekat sungai tersebut.
Mesin keempat
adalah mesin yang menggunakan balok dan tenaga binatang. Balok
digerakkan secara naik turun oleh sebuah mekanisme yang melibatkan
gigi gerigi dan sebuah engkol.
Mesin itu diketahui merupakan mesin
pertama kalinya yang menggunakan engkol sebagai bagian dari sebuah
mesin. Di Eropa hal ini baru terjadi pada abad 15. Dan hal itu
dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa.
Pasalnya, engkol mesin
merupakan peralatan mekanis yang penting setelah roda. Ia
menghasilkan gerakan berputar yang terus menerus. Pada masa sebelumnya
memang telah ditemukan engkol mesin, namun digerakkan dengan tangan.
Tetapi, engkol yang terhubung dengan sistem rod di sebuah mesin yang
berputar ceritanya lain.
Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh
sejarawan teknologi dianggap sebagai peralatan mekanik yang paling
penting bagi orang-orang Eropa yang hidup pada awal abad kelima belas.
Bertrand Gille menyatakan bahwa sistem tersebut sebelumnya tak
diketahui dan sangat terbatas penggunaannya.
Pada 1206 engkol
mesin yang terhubung dengan sistem rod sepenuhnya dikembangkan pada
mesin pemompa air yang dibuat Al-jazari. Ini dilakukan tiga abad
sebelum Francesco di Giorgio Martini melakukannya.
Sedangkan mesin
kelima, adalah mesin pompa yang digerakkan oleh air yang merupakan
peralatan yang memperlihatkan kemajuan lebih radikal. Gerakan roda air
yang ada dalam mesin itu menggerakan piston yang saling berhubungan.
Kemudian, silinder piston tersebut terhubung dengan pipa penyedot. Dan
pipa penyedot selanjutnya menyedot air dari sumber air dan
membagikannya ke sistem pasokan air. Pompa ini merupakan contoh awal
dari double-acting principle. Taqi al-Din kemudian menjabarkannya
kembali mesin kelima dalam bukunya pada abad keenam belas.
7. Abu Al Zahrawi / ALBUCASIS
Sang Penemu Gips Era Islam:
Abu
Al Zahrawi merupakan seorang dokter, ahli bedah, maupun ilmuan yang
berasal dari Andalusia. Dia merupakan penemu asli dari teknik
pengobatan patah tulang dengan menggunakan gips sebagaimana yang
dilakukan pada era modern ini. Sebagai seorang dokter era kekalifahan,
dia sangat berjasa dalam mewariskan ilmu kedokteran yang penting bagi
era modern ini.
Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al
Zahra yaitu sebuah kota yang terletak di dekat Kordoba di Andalusia
yang sekarang dikenal dengan negara modern Spanyol di Eropa. Kota Al
Zahra sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh Khalifah Abd Al
rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961 Masehi.
Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan dari Bani Umayyah
di Andalusia yang bernama Abbas. Menurut catatan sejarah keluarga
ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang pindah ke Andalusia.
Al
Zahrawi selain termasyhur sebagai dokter yang hebat juga termasyhur
karena sebagai seorang Muslim yang taat. Dalam buku Historigrafi Islam
Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul
Turki menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi. Kebanyakan
dia melakukan pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia
sering kali tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia
menganggap melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian
dari amal atau sedekah. Dia merupakan orang yang begitu pemurah serta
baik budi pekertinya.
Selain membuka praktek pribadi, Al
Zahrawi juga bekerja sebagai dokter pribadi Khalifah Al Hakam II yang
memerintah Kordoba di Andalusia yang merupakan putra dari Kalifah
Abdurrahman III (An-Nasir). Khalifah Al Hakam II sendiri berkuasa dari
tahun 961 sampai tahun 976. Dia melakukan perjanjian damai dengan
kerajaan Kristen di Iberia utara dan menggunakan kondisi yang stabil
untuk mengembangkan agrikultur melalui pembangunan irigasi. Selain itu
dia juga meningkatkan perkembangan ekonomi dengan memperluas jalan
dan pembangunan pasar.
Kehebatan Al Zahrawi sebagai seorang
dokter tak dapat diragukan lagi. Salah satu sumbangan pemikiran Al
Zahrawi yang begitu besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran
modern adalah penggunaan gips bagi penderita patah tulang maupun geser
tulang agar tulang yang patah bisa tersambung kembali. Sedangkan
tulang yang geser bisa kembali ke tempatnya semula. Tulang yang patah
tersebut digips atau dibalut semacam semen. Dalam sebuah risalahnya,
dia menuliskan, jika terdapat tulang yang bergeser maka tulang
tersebut harus ditarik supaya kembali tempatnya semula. Sedangkan
untuk kasus masalah tulang yang lebih gawat, seperti patah maka harus
digips.
Untuk menarik tulang lengan yang bergeser, Al Zahrawi
menganjurkan seorang dokter meminta bantuan dari dua orang asisten.
Kedua asisten tersebut bertugas memegangi pasien dari tarikan.
Kemudian lengan harus diputar ke segala arah setelah lengan yang koyak
dibalut dengan balutan kain panjang atau pembalut yang lebih besar.
Sebelum dokter memutar tulang sendi sang pasian, dokter tersebut harus
mengoleskan salep berminyak ke tangannya. Hal ini juga harus
dilakukan oleh para asisten yang ikut membantunya dalam proses
penarikan. Setelah itu dokter menggerakan tulang sendi pasien dan
mendorong tulang tersebut hingga tulang tersebut kembali ke tempatnya
semula.
Setelah tulang lengan yang bergeser tersebut kembali ke
tempat semula, dokter harus melekatkan gips pada bagian tubuh yang
tulangnya tadi sudah dikembalikan. Gips tersebut mengandung obat
penahan darah dan memiliki kemampuan menyerap. Kemudian gips tersebut
diolesi dengan putih telur dan dibalut dengan perban secara ketat.
Setelah itu, dengan menggunakan perban yang diikatkan ke lengan,
lengan pasien digantungkan ke leher selama beberapa hari. Sebab jika
lengan tidak digantungkan, maka lengan terasa sakit karena masih lemah
kondisinya.
Sesudah kondisi lengan semakin kuat dan membaik,
maka gantungan lengan ke leher dilepaskan. Jika tulang yang bergeser
itu sudah benar-benar kembali dalam posisi semula dengan baik dan
sudah tidak terasa begitu sakit lagi maka buka semua balutan termasuk
gips yang membalut tangan pasien. Tetapi jika tulang yang bergeser
tersebut belum sepenuhnya pulih atau kembali ke tempat semula secara
tepat, maka perban maupun gips yang membalut lengan pasien harus
dibuka. Lalu lengan pasien dibalut lagi dengan gips dan perban yang
baru setelah itu dibiarkan selama beberapa hari hingga lengan pasien
benar-benar sembuh total.
Salah satu karya fenomenal Al Zahrawi
merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab tersebut berisi penyiapan aneka
obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan setelah dilakukannya
proses operasi. Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia mengenalkan
tehnik sublimasi. Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan
Kitab Al Tasrif pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber
Theoricae nec non Practicae Alsaharavii. Salah satu risalah buku
tersebut juga diterjemahkan dalam bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone
di Genova dan Abraham Indaeus pada abad ke-13. Salinan Kitab Al Tasrif
juga juga diterbitkan di Venice pada tahun 1471 dengan judul Liber
Servitoris. Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga diterjemahkan
dalam bahasa Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada abad ke-12
dengan judul Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab karya
Al Zahrawi semakin termasyhur di seluruh Eropa. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya yang
mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al
Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai
kampus-kampus.
Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang
termasyhur pada zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah dia
meninggal, bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di
berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan kedokterannya
masuk dalam kurikulum jurusan kedokteran di seluruh Eropa.
8. Ibnu Haitham/AL HAZEN
Ilmuwan Optik dari Basrah:
Nama
lengkapnya Abu Al Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Dunia Barat
mengenalnya dengan nama Alhazen. Ia lahir di Basrah tahun 965 M. Di kota
kelahirannya itu ia sempat menjadi pegawai pemerintahan. Tetapi
segera keluar karena tidak suka dengan kehidupan birokrat.
Sejak
itu, mulailah perantauannya untuk belajar ilmu pengetahuan. Kota
pertama yang dituju adalah Ahwaz kemudian Baghdad. Kecintaannya kepada
ilmu pengetahuan membawanya berhijrah ke Mesir. Untuk membiayai
hidupnya, ia menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu falak.
Belajar
yang dilakukan secara otodidak membuatnya mahir dalam bidang ilmu
pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan
filsafat. Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan
penting dalam bidang penelitian sains di Barat. Kajiannya mengenai
pengobatan mata menjadi dasar pengobatan mata modern.
Ibnu
Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan
dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan
oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di
dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan
prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella
mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian.
Beberapa buah buku
mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, salah satunya adalah Light dan On Twilight Phenomena.
Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di
sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Ibnu
Haitham membuktikan dirinya begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu
pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku yang dihasilkannya dan
masih menjadi rujukan hingga saat ini. Di antara buku-bukunya itu adalah
Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandung teori-teori ilmu matemetika
dan matematika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai
ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa’il al ‘Adadiyah tentang aljabar;
Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat;
Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan
hukum syarak; dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan
puisi.
Meski menjadi orang terkenal di zamannya, namun Ibnu
Haitham tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia dikenal sebagai orang yang
miskin materi tapi kaya ilmu pengetahuan.
9. Al-Jahiz
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1QvRR0pSK2uSRxBXJZteBkQQVb63-6BPpH0UVi5gU5DL1OF-xjY7SyT-HhUo-jxl-qMo3dKsy4wQxHNO7boEH79a-7niXK_OZX-NcXE4eiSRhU3eXo4L4-a5TnzvCn6v5Nn-wjdKBh462/s1600/al-jahiz-capture.jpg)
Al-Jahiz
lahir di Basra, Irak pada 781 M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani
al-Fuqaimi al-Basri, nama aslinya. Ahli zoologi terkemuka dari Basra,
Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang mencetuskan teori
evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi Muslim dan
Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan
Charles Darwin pernah berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat
Islam lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi
Muslim sampai meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral.”
Al-Jahiz lah ahli biologi Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah
teori evolusi .
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak
lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan
hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi
pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle
for existence). Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup
harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup. Beliau
dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang
membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia
tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains.
Beliau bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz
mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab
dan Persia sebelum Islam, serta Al-Qur’an dan hadist.
Al-Jahiz
juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya,
lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah
komunitas tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi
akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal. Berkat teori-teori
yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi
terbesar yang pernah lahir di dunia Islam. Ilmuwan yang amat tersohor
di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan kitab Ritab Al-Haywan (Buku
tentang Binatang). Dalam kitab itu dia menulis tentang kuman, teori
evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun tercatat
sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung
melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu
menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui
penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh
terhadap ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri.
Karirnya sebagai penulis ia awali dengan menulis artikel. Ketika itu
Al-Jahiz masih di Basra. Sejak itu, ia terus menulis hingga menulis dua
ratus buku semasa hidupnya.
Pada abad ke-11, Khatib al-Baghdadi
menuduh Al-Jahiz memplagiat sebagian pekerjaannya dari Kitab
al-Hayawan of Aristotle. Selain al-Hayawan, beliau juga menulis kitab
al-Bukhala (Book of Misers or Avarice & the Avaricious), Kitab
al-Bayan wa al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstration), Kitab
Moufakharat al Jawari wal Ghilman (The book of dithyramb of
concubines and ephebes), dan Risalat mufakharat al-sudan ‘ala al-bidan
(Superiority Of The Blacks To The Whites).
Suatu ketika, pada
tahun 816 M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal setelah lima
puluh tahun menetap di Baghdad pada tahun 869, ketika ia berusia 93
tahun.
10. Ar-Razi / RAZHES
Abu
Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:?????? ??????) atau
dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar
sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran
pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi
sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan
kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq
di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin
sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit
Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa
dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Biografi
Ar-Razi
lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9
Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota
tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang
berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina
menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi
tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih
tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi
memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai
eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari
dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai
mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari
Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di
Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah
agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai
kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu’tashim.
Razi
kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter
disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa
kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis
at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq.
Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan
al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah
kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi
memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia
mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul
Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak
murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak
membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Kontribusi
Bidang Kedokteran= Cacar dan campak
Sebagai
seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan
orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
“Cacar
terjadi ketika darah ‘mendidih’ dan terinfeksi, dimana kemudian hal
ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang
kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang
makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini,
cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini
dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak
dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi
epidemi.”
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia
Britanika (1911) yang menulis: “Pernyataan pertama yang paling akurat
dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia
pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara
jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi
anggur dan cara mencegah wabah tersebut.”
Buku ar-Razi yaitu
Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku
ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa
Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada
prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara
berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan
lanjutan ar-Razi: “Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang
berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi
yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua
gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh.
Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna
merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan.”
Alergi dan demam
Razi
diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit “alergi
asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis
setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan
ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk
melindungi diri.
Farmasi
Pada bidang farmasi,
ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula
dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari
merkuri.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan
pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika
dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di
kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga
menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala
penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang
secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu
seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar
dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara
penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi
kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena
tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat.
Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada
dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka
tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan
bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun
kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
* Hidup yang Luhur (Arab: ??????).
* Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab:?? ?? ????? ??????)
* Keraguan pada Galen
* Penyakit pada anak
sumber :