Mengharap Generasi Penerus Bangsa
Apakah “nongkrong”
itu?
Nongkrong dapat
berarti cuci mata atau jalan-jalan atau ngobrol-ngobrol di suatu tempat. Selain itu “nongkrong” yang dalam Islam. Dalam islam ada istilah ihsan, yaitu
kita beramal (berbuat) seakan-akan Allah melihat kita sehingga amal kita
terjaga dari hal-hal yang dilarang Allah. Ihasan menjadi acuan pribadi kita
agar kita beramal lebih baik. Tapi dalam hal ini saya tidak menyamakan ihsan
dengan “nongkrong”, melainkan segi
pengawasannya.
Pengertian lain dari “nongkrong” adalah memastikan semua
pekerjaan selesai dengan baik. Semua hal yang tidak dipastikan kapan selesainya
dan sejauh mana proses kerjanya maka pekerjaan itu cenderung tidak selesai atau
kalaupun selesai dalam waktu molor atau hasil yang kurang baik.
Para pemimpin zaman dulu sudah
membuktikan hasil dari “nongkrong”.
Kita bisa lihat Jalan Raya Pos-nya Deandles, Piramida di Mesir, Borobudur, dsb.
Bahkan walikota Solo, pak Joko Wi pun nongkrong untuk menyelesaikan masalah
relokasi pasar. Selama berbulan-bulan beliau intens dengan cara santun seperti
mengajak makan malam para pedagang pasar dan membujuk mereka agar mau
direlokasi. Nah sekarang kita lihat hasil pekerjaan tanpa nongkrong : Kasus bank Century, lumpur Lapindo, kemiskinan,
pengangguran, jalan sepanjang Pantura, TKI, dsb.
“Nongkrong”
juga dapat menimbulkan pertengkaran dengan sesama teman, tawuran, mabuk-mabukan,
dan kumpulan para pemakai narkoba. Karena inilah masyarakat berpikir bahwa “nongkrong” merupakan hal yang negatif.
Akan tetapi sebenarnya “nongkrong” tidak dilarang tetapi harus
mempunyai maksud dan tujuan positif yang tidak meresahkan masyarakat sekitar.
Karena banyak hal yang diciptakan di Tanah Air ini dengan “nongkrong”. Kita harus membuat “nongkrong”
yang merurut persepsi masyarakat negatif berubah menjadi hal yang positif.
Dengan hal yang positif tersebut kita bisa membantu masyarakat, orang lain,
bahkan diri kita sendiri.
Salah satu hal yang dapat membuat “nongkrong” menjadi kegiatan positif
yaitu dengan cara membuat suatu organisasi yang baik. Impian kita semua
terhadap hal “nongkrong” dikalalangan
pelajar ialah dengan mengubah para pelajar atau mengarahkan para siswa agar mau
melakukan kegiatan positif. Dari hal
yang positif ini para siswa dapat terhindar dari tawuran antar pelajar yang
sering terjadi dikalangan pelajar, dan menghindari pelajar dari bahaya zat
adiktif. Dengan melakukan kegiatan yang positif di sekolah para siswa dapat
berfikir kreatif dan inovatif juga dapat membanggakan sekolah, keluarganya
hingga dirinya sendiri karena siswa itu bisa mengeluarkan kreativitas dirinya
dan bisa memghasilkan hal yang berguna bagi dirinya sendiri.
Hal tersebut membuat siswa selalu
menginginkan melakukan kegiatan yang positif dibandingkan negatif seperti
selalu mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan organisasi lainnya,
tetapi bukan organisasi Negara Islam Indonesia (NII). Walaupun pada dasarnya
siswa selalu ingin mengikut-ikuti temannya yang selalu melakukan kegiatan
negatif.
Membuat forum diskusi adalah satu
cara agar siswa yang “nongkrong”
dapat bertukar pikiran yang positif, tidak melakukan tawuran pelajaran,
mabuk-mabukan, malak (menodong) dan aksi nekat yang lain dengan kelompok
nongkrongnya dan juga membuat siswa agar siswa dapat mengeluarkan kemampuan
maksimalnya supaya siswa dapat berprestasi dan membuat menjadi dirinya sendiri
dan tidak ikut-ikut “nongkrong” dalam
hal yang tidak baik. Membuat forum belajar kelompok merupakan cara agar para
siswa dapat mempererat tali persaudaraan antar siswa. Saat berkumpul sebaiknya
saling mengajak hal yang baik bukan mengajak hal yang buruk agar efek negatif
dari berkumpul semakin kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sehingga dapat
menjadikan persepsi “nongkrong” menjadi menyenangkan tanpa adanya hal-hal
negatif.
“Nongkrong”
anak masa sekolah ada baik dan buruknya. Dari segi baiknya ada yang membuat
kelompok band, fotografer, sepeda dan lain-lain. Terkadang dari segi baiknya
banyak yang berhasil. Dilihat dari segi buruknya bertengkar sesama kawan,
tawuran, merokok, minum-minuman keras, narkoba, mencuri, dan sebagainya. Maka
betapa bangganya Bangsa Indonesia bila generasi mudanya banyak yang mengambil
dari segi baiknya.
“Nongkrong”
merupakan kegiatan yang menyenangkan. “Nongkrong”
biasanya di ucapkan oleh kalangan ramaja yang dimaksudkan atau bertujuan untuk
berkumpul. Sebenarnya kegiatan “nongkrong”
sudah biasa dilakukan oleh nenek moyang kita pada jaman dahuku. Kalo bahasa
jawanya mungkin kamu kenal dengan istilah “cangkrukan”.
Esensi dan maknanya sama dengan “nongkrong”.
Kalau di pikir-pikir dan kita cermati, kegiatan “nongkrong” banyak memiliki fungsi dan
mafaat, dimana kegiatan tersebut merupakan sarana berbagi informasi dan juga
bisa menambah keakraban sesama teman. Jadi kalo saya simpulkan berarti nenek
moyang kita sangat haus akan informasi dan senang akan suasana keakraban. Oleh
karena itu kegiatan “nongkrong” menjamur
di kalangan remaja sampai orang tua.
Banyak anggapan masyarakat bahwa generasi muda yang “nongkrong” hanyalah generasi yang akan
tertindas di masa depan. Yah, mungkin anggapan ini tidak salah, tapi tidak
sepenuhnya benar. Banyak hal positif yang bisa kita lakukan dari “nongkrong” seperti ini dimanapun itu.
Terkadang ide-ide brilian dan positif justru tercetus dari kegiatan berkumpul
seperti ini. Oleh karena itu “nongkrong”
di bedakan atas 2, yaitu :
A. “Nongkrong” yang bersifat positif
Kegiatan
ini banyak sekali dilakukan oleh banyak orang bahkan hampir semua orang. Kegian
“nongkrong” disini ialah berkumpul
dalam suatu kumpulan untuk menbicarakan pelajaran (berdiskusi), berkumpul untuk
melakukan ekstrakulikuler dan lain-lain.
Apa sih
manfaatnya………?
Banyak sekali ………contohnya yaitu wawasan
dapat bertambah, saling memahami sesama teman, saling bertukar pikiran dengan
sesama teman “nongkrong” dan masih
banyak lagi.
Tujuan utama nongkrong
dalam kegiatan positif adalah meningkatkan generasi muda yang berakhlak mulia,
bermoral yang baik, berbudi pekerti yang
baik, sedangkan tujuan yang lain adalah menunjang kreavitas generasi muda dan
mengikuti semua kegiatan yang baik guna melancarkan komunikasi antarpelajar, di
samping itu pula dapat meningkatkan minat siswa dan mengembangkan bakat pada
diri siswa, namun bila dikaitkan program di sekolah tujuan “nongkrong” yang bersifat positif yaitu :
1. Menanamkan
rasa cinta kepada Sang Pencipta
contohnya mengikuti kegiatan
Rohis dan Rokris.
2. Mempererat
tali silaturrahmi antarpelajar.
3. Mengarahkan
siswa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.
4. Membuat siswa agar dapat bertemu dengan
temannya.
5. Meningkatkan
rasa kepedulian antar siswa di DKI Jakarta
B. “Nongkrong” yang bersifat negatif
Pada
awalnya “nongkrong” dalam hal ini
dimaksudkan hanya sekedar berkumpul dan bermain saja tetapi semakin lama mereka
akan terjerumus dengan hal-hal yang negatif, seperti mabuk-mabukan, tawuran,
berjudi dan lain-lain. Kegiatan ini biasanya akan merugikan banyak orang dan
juga dirinya sendiri.
Apa
sih manfaatnya……….?
Tidak
ada sama sekali yang ada hanyalah kerugiannya dapat membahayakan diri dan orang
lain. Selain itu, juga membuang-buang waktu yang dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas lain.
Bukankah itu yang disebut
solidaritas…….?
Solidaritas
……? Tentu saja bukan karena solidaritas itu tidak membahayakan dan mencelakai
teman sendiri. Bila ingin solidaritas ajaklah temanmu agar “nongkrong” dalam hal yang positif bukan melakukan hal-hal yang
tercela.
Sekarang banyak anak sekolah sebelum bel belajar berakhir berbunyi “nongkrong” dahulu di depan sekolah mereka. Itu merupakan
tanda-tanda dari dimulainya tindakan yang negatif dari “nongkrong” . Hal tersebut bisa dicegah dengan mendisiplinkan para
siswa agar tidak nongkrong saat sebelum bel sekolah berbunyi dan jika melanggar
sebaiknya diberikan sanksi yang tegas.
Tetapi betapa sedihnya orang tua yang telah membiayai sekolah
anak-anaknya bila anaknya tidak sampai ke sekolah dan guru-guru pun juga akan
bertanya bila anak didiknya tidak masuk sekolah. Guru tersebut akan bertanya kepada
orang tuanya baik lewat telepon rumah ataupun telepon genggam. Apabila orang
tuanya berkata bahwa anaknya sudah berangkat sekolah tetapi di sekolah tidak
ada, kemungkinan anak tersebut bolos atau “nongkrong”.
Maka sekolah berkewajiban memberikan sanksi terhadap murid tersebut seperti
membersihkan halaman, membersihkan ruang perpustakaan dan lain-lain saat
keesokan harinya.
Pada umumnya “nongkrong” tersebut dinilai oleh masyarakat sangat merugikan diri
anak tersebut tetapi menurut kami tergantung pada anak itu sendiri mengambil
keputusannya. Karena “nongkrong”
belum tentu semua anak berpikiran negatif ada segi positifnya yang diambil oleh
anak tersebut.
Kendala
dalam megubah “nongkrong” negatif
menjadi positif
Keberhasilan
seseorang bergantung dari cara mencari teman di lingkungan dan cara bergaulnya. Banyak
generasi muda sekarang yang sudah terjerumus karena dampak dari “nongkrong” tetapi kami berharap dari
Pemuda Indonesia ini banyak mengambil
manfaat positifnya dari pada negatifnya, karena itu semua atas bimbingan kepada
sekolah, guru dan orang tua agar dapat membimbing anak-anaknya agar selalu melakukan kegiatan
yang positif dan selalu memantau para anak-anaknya. Beberapa faktor seorang
siswa sulit mengubah “nongkrong” negatif
dengan kegiatan positif :
1. Kemauan
Jika tidak ada kemauan maka akan sulit.
Ada sebagian pemuda justru bangga menjadi “pengacara” (pengangguran banyak
acara). Pemuda luntang-lantung ke sana ke mari tidak jelas peran dan karyanya.
Kadangkala sehari-hari hanya disibukkan dengan “nongkrong” tak ada manfaat. “Nongkrong”
bukan menjadi masalah jika bermaksud positif, seperti misalnya nongkrong untuk
berdiskusi dan belajar atau hal positif lainnya.
Namun, nongkrong sebagaimana sering
terjadi justru pemborosan uang dan waktu. Ada pemuda yang menghabiskan
sebungkus-dua bungkus rokok dan minuman sembari “menikmati malam” dan esok
harinya tidur sampai siang. Untuk urusan uang, pemuda tanpa pernah rikuh selalu
meminta uang orang tuanya. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya masih tergantung
orang tua. Hal tersebut karena kemauan pemuda itu sangatlah kecil untuk
berubah.
2. Lingkungan
Lingkungan
juga merupakan faktor penting karena walaupun kemauan untuk berubah ada dalam
siswa tetapi lingkungan mereka selalu melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Maka siswa tersebut semakin lama akan
condong ikut nongkrong yang bersifat negatif.
3. Kurangnya
perhatian
Perhatian
juga sangatlah penting bagi remaja. Bagaimana mereka dapat selalu melalukan
hal-hal yang positif bila tidak dapat perhatian dari orang tua. Menurut
penelitian kami, remaja yang kurang perhatian akan condong bergaul dengan
orang-orang yang tidak baik dan akan melakukan hal-hal yang tidak baik.
4. Kurangnya
nilai-nilai agama dalah diri siswa
Nilai-nilai
agama juga penting untuk membentuk diri siswa melakukan hal yang positif. Jika
nilai-nilai agama sudah terpedam pada diri siswa mungkin tidak akan ada lagi “nongkrong” yang bersifat negatif.
Upaya mengatasi nongkrong yang negatif
Menurut kami dari pada
memberikan larangan kepada siswa agar tidak “nongkrong”
itu tidaklah efektif karena jika dilarang siswa akan condong ingin
melakukannya. Ketika dihukum karena kesalahan, maka siswa akan condong
melakukan kesalahan yang sama. Jika siswa yang berbuat kesalahan kesalahan
tidak dihukum maka siswa akan lebih melakukan kesalahan tersebut dan menunjak.
Sebaiknya siswa di beri perhatian yang lebih dan membiasakan tindakan yang
positif pada diri siswa.
Budaya “nongkrong” dapat mulai dibangun dari lingkungan
keluarga. Kami pikir ada pengaruhnya juga apa yang dilakukan oleh keluarga
terhadap budaya yang dimiliki seseorang. Waktu berkumpul bersama keluarga
sangat mempengaruhi budaya anak. Berdasarkan penelitian, seorang anak yang
dibiasakan dengan budaya makan malam bersama satu keluarga memiliki
kecenderungan untuk menjadi anak yang baik dan berperilaku positif. Ini adalah
contoh bahwa berkumpul bersama keluarga memberikan pengaruh terhadap perilaku
anak, meskipun bukan berarti hal yang mutlak.
Kualitas berkumpul bersama keluarga kami pikir sangat
mempengaruhi kebiasaan kita. Jika ketika berkumpul dengan orang tuanya seorang
anak lebih banyak membahas hal yang tak perlu, seorang anak akan cenderung
menjadi orang yang senang berkumpul untuk membahas hal yang tak perlu. Memang
belum ada bukti ilmiah, tapi mungkin ada yang tertarik mengerjakannya?
Ada baiknya waktu berkumpul bersama keluarga dihabiskan
dengan mendengarkan curhat anak, mencari permasalahan dan solusinya, berbicara
tentang hal-hal yang positif dan dapat meningkatkan pengetahuan, serta
menjadikan waktu berkumpul untuk membuat anak lebih banyak berpikir. Dengan
begitu seorang anak pun akan lebih suka untuk berkumpul untuk membahas hal-hal
yang penting dan positif. Kalau sudah begitu, kegiatan “nongkrong” akan banyak diisi dengan hal positif dan bermanfaat.
Kami dapat memberikan beberapa solusi untuk mengatasi dan
mencegah kenakalan remaja karena “nongkrong”
yang bersifat negatif, yaitu:
-
Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak
mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan anak melakukan kegiatan selama
masih wajar, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang
sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang
harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas
tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan
teman sebaya atau dengan yang lebih tua
darinya. Karena bila anak bergaul dengan
teman sebaya anak tersebut akan dapat menjaga dirinya dan apabila anak tersebut
bergaul dengan yang lebih tua, anak itu akan dapat berpikir lebih dewasa untuk
melakukan sesuatu kegiatan.
- Pengawasan yang perlu dan intensif
terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di
sekolah, karena di sanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya
selain di rumah.
- Perlunya
pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia
inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah
hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama
bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat
CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika
ia sedang menghadapi masalah.
- Carilah
kegiatan di sekolah, bila saat pulang siswa dalam keadaan lelah mungkin mereka
tidak berfikir lagi untuk “nongkrong”
Apakah jika sudah jenuh
belajar tidak boleh “nongkrong” ?
Tentu boleh …….. tetapi usahakan agar “nongkrong” tersebut mempunyai manfaat
dan tidak membuang waktu dengan sia-sia.
Berikut
ini adalah 5 tips “nongkrong” agar
kegiatan nongkrong semakin bermanfaat :
1.
Cari tempat “nongkrong” yang asik, seperti perpustakaan, kelas, restoran, dll
2. Bahas perbincangan yang berbobot,
seperti membahas ide-ide bisnis, materi pelajaran, atau suatu project ilmiah ,
dengan harapan kita bisa menemulan solusi jika kita mendapat masalah.
3. Biar tidak garing dan terkesan kaku ,
sesekali buat lelucon agar suasana sedikit hidup.
4. Promosikan kepada teman “nongkrong”, sebuah bisnis atau produk
yang kamu miliki, jadi selain nongkrong asik, tetapi kita tetap bisa produktif.
5. Putar
musik untuk menambah suasana semakin hidup dan tidak jenuh saat nongkrong
Maka janganlah mencoba-coba
melakukan hal yang buruk (negatif) saat “nongkrong” atau mencoba menghasut teman
“nongkrong” untuk berbuat hal-hal
yang negatif karena sekali mencoba-coba pasti akan terjerumus dan akan sulit
untuk kembali.
Banyak sekali generasi muda yang
berhasil itulah yang membuat kami bangga bersekolah di Tanah Air. Tidak ada
keberhasilkan tanpa di sertai dengan belajar sungguh-sungguh untuk mencapai apa
yang kami cita-citakan.
Dengan banyaknya nasihat dari
guru-guru terkadang semakin menambah inspirasi yang lebih baik lagi. Maka
janganlah beranggapan “nongkrong” itu
sangatlah buruk. Ada bakat yang terpendam diantara siswa tersebut, dengan
adanya nongkrong dengan sesama teman terkadang terbentuklah gagasan membentuk
vocal group antar sekolah, group band, group marawis, cerdas cermat, dan
lain-lain.
Generasi muda adalah generasi yang
akan menjadi penggerak. Apakah itu penggerak bangsa, penggerak pendidikan, dan
penggerak peradaban. Jika generasi muda larut dalam “nongkrong” tidak bermanfaat,
maka peradaban di masa depan akan menjadi peradaban yang dipenuhi orang-orang
yang tidak bermanfaat. Bagaimana jika kita mulai mencoba untuk selalu
menyisipkan hal-hal positif dan bermanfaat di setiap tindakan? Kalau masa depan
menjadi peradaban yang dipenuhi oleh orang-orang yang bermanfaat, maka
kehidupan tentu akan menjadi lebih baik.
Jadi mulailah membuat “nongkrong”
yang negatif menjadi kegiatan yang positif dari sekarang. Lebih menyenangkan
melakukan kegiatan positif dibandingkan dengan “nongkrong” yang bersifat
negative dan tidak mempunyai manfaat sama sekali.
0 comments:
Post a Comment