Monday, April 29, 2013

Nongkrong Yuk

Mengharap Generasi Penerus Bangsa


 Apakah “nongkrong” itu?
Nongkrong dapat berarti cuci mata atau jalan-jalan atau ngobrol-ngobrol di suatu tempat. Selain itu “nongkrong” yang dalam Islam. Dalam islam ada istilah ihsan, yaitu kita beramal (berbuat) seakan-akan Allah melihat kita sehingga amal kita terjaga dari hal-hal yang dilarang Allah. Ihasan menjadi acuan pribadi kita agar kita beramal lebih baik. Tapi dalam hal ini saya tidak menyamakan ihsan dengan “nongkrong”, melainkan segi pengawasannya.
Pengertian lain dari “nongkrong” adalah memastikan semua pekerjaan selesai dengan baik. Semua hal yang tidak dipastikan kapan selesainya dan sejauh mana proses kerjanya maka pekerjaan itu cenderung tidak selesai atau kalaupun selesai dalam waktu molor atau hasil yang kurang baik.
Para pemimpin zaman dulu sudah membuktikan hasil dari “nongkrong”. Kita bisa lihat Jalan Raya Pos-nya Deandles, Piramida di Mesir, Borobudur, dsb. Bahkan walikota Solo, pak Joko Wi pun nongkrong untuk menyelesaikan masalah relokasi pasar. Selama berbulan-bulan beliau intens dengan cara santun seperti mengajak makan malam para pedagang pasar dan membujuk mereka agar mau direlokasi. Nah sekarang kita lihat hasil pekerjaan tanpa nongkrong : Kasus bank Century, lumpur Lapindo, kemiskinan, pengangguran, jalan sepanjang Pantura, TKI, dsb. 
            “Nongkrong” juga dapat menimbulkan pertengkaran dengan sesama teman, tawuran, mabuk-mabukan, dan kumpulan para pemakai narkoba. Karena inilah masyarakat berpikir bahwa “nongkrong” merupakan hal yang negatif.
              Akan tetapi sebenarnya “nongkrong” tidak dilarang tetapi harus mempunyai maksud dan tujuan positif yang tidak meresahkan masyarakat sekitar. Karena banyak hal yang diciptakan di Tanah Air ini dengan “nongkrong”. Kita harus membuat “nongkrong” yang merurut persepsi masyarakat negatif berubah menjadi hal yang positif. Dengan hal yang positif tersebut kita bisa membantu masyarakat, orang lain, bahkan diri kita sendiri.
              Salah satu hal yang dapat membuat “nongkrong” menjadi kegiatan positif yaitu dengan cara membuat suatu organisasi yang baik. Impian kita semua terhadap hal “nongkrong” dikalalangan pelajar ialah dengan mengubah para pelajar atau mengarahkan para siswa agar mau melakukan kegiatan  positif. Dari hal yang positif ini para siswa dapat terhindar dari tawuran antar pelajar yang sering terjadi dikalangan pelajar, dan menghindari pelajar dari bahaya zat adiktif. Dengan melakukan kegiatan yang positif di sekolah para siswa dapat berfikir kreatif dan inovatif juga dapat membanggakan sekolah, keluarganya hingga dirinya sendiri karena siswa itu bisa mengeluarkan kreativitas dirinya dan bisa memghasilkan hal yang berguna bagi dirinya sendiri.
              Hal tersebut membuat siswa selalu menginginkan melakukan kegiatan yang positif dibandingkan negatif seperti selalu mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan organisasi lainnya, tetapi bukan organisasi Negara Islam Indonesia (NII). Walaupun pada dasarnya siswa selalu ingin mengikut-ikuti temannya yang selalu melakukan kegiatan negatif.                                     
              Membuat forum diskusi adalah satu cara agar siswa yang “nongkrong” dapat bertukar pikiran yang positif, tidak melakukan tawuran pelajaran, mabuk-mabukan, malak (menodong) dan aksi nekat yang lain dengan kelompok nongkrongnya dan juga membuat siswa agar siswa dapat mengeluarkan kemampuan maksimalnya supaya siswa dapat berprestasi dan membuat menjadi dirinya sendiri dan tidak ikut-ikut “nongkrong” dalam hal yang tidak baik. Membuat forum belajar kelompok merupakan cara agar para siswa dapat mempererat tali persaudaraan antar siswa. Saat berkumpul sebaiknya saling mengajak hal yang baik bukan mengajak hal yang buruk agar efek negatif dari berkumpul semakin kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sehingga dapat menjadikan persepsi “nongkrong” menjadi menyenangkan tanpa adanya hal-hal negatif.
            “Nongkrong” anak masa sekolah ada baik dan buruknya. Dari segi baiknya ada yang membuat kelompok band, fotografer, sepeda dan lain-lain. Terkadang dari segi baiknya banyak yang berhasil. Dilihat dari segi buruknya bertengkar sesama kawan, tawuran, merokok, minum-minuman keras, narkoba, mencuri, dan sebagainya. Maka betapa bangganya Bangsa Indonesia bila generasi mudanya banyak yang mengambil dari segi baiknya.
“Nongkrong” merupakan kegiatan yang menyenangkan. “Nongkrong” biasanya di ucapkan oleh kalangan ramaja yang dimaksudkan atau bertujuan untuk berkumpul. Sebenarnya kegiatan “nongkrong” sudah biasa dilakukan oleh nenek moyang kita pada jaman dahuku. Kalo bahasa jawanya mungkin kamu kenal dengan istilah “cangkrukan”. Esensi dan maknanya sama dengan “nongkrong”.
Kalau di pikir-pikir dan kita cermati, kegiatan “nongkrong” banyak memiliki fungsi dan mafaat, dimana kegiatan tersebut merupakan sarana berbagi informasi dan juga bisa menambah keakraban sesama teman. Jadi kalo saya simpulkan berarti nenek moyang kita sangat haus akan informasi dan senang akan suasana keakraban. Oleh karena itu kegiatan “nongkrong” menjamur di kalangan remaja sampai orang tua.
Banyak anggapan masyarakat bahwa generasi muda yang “nongkrong” hanyalah generasi yang akan tertindas di masa depan. Yah, mungkin anggapan ini tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Banyak hal positif yang bisa kita lakukan dari “nongkrong” seperti ini dimanapun itu. Terkadang ide-ide brilian dan positif justru tercetus dari kegiatan berkumpul seperti ini. Oleh karena itu “nongkrong” di bedakan atas 2, yaitu :
A.   “Nongkrong” yang bersifat positif
Kegiatan ini banyak sekali dilakukan oleh banyak orang bahkan hampir semua orang. Kegian “nongkrong” disini ialah berkumpul dalam suatu kumpulan untuk menbicarakan pelajaran (berdiskusi), berkumpul untuk melakukan ekstrakulikuler dan lain-lain.
Apa sih manfaatnya………?
Banyak sekali ………contohnya yaitu wawasan dapat bertambah, saling memahami sesama teman, saling bertukar pikiran dengan sesama teman “nongkrong” dan masih banyak lagi.
        Tujuan utama nongkrong dalam kegiatan positif adalah meningkatkan generasi muda yang berakhlak mulia, bermoral yang baik, berbudi pekerti  yang baik, sedangkan tujuan yang lain adalah menunjang kreavitas generasi muda dan mengikuti semua kegiatan yang baik guna melancarkan komunikasi antarpelajar, di samping itu pula dapat meningkatkan minat siswa dan mengembangkan bakat pada diri siswa, namun bila dikaitkan program di sekolah tujuan “nongkrong” yang bersifat positif yaitu :
1.      Menanamkan rasa cinta  kepada Sang Pencipta contohnya mengikuti kegiatan
       Rohis dan Rokris.
2.      Mempererat tali silaturrahmi antarpelajar.
3.      Mengarahkan siswa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.
4.       Membuat siswa agar dapat bertemu dengan temannya.
5.      Meningkatkan rasa kepedulian antar siswa di DKI Jakarta
B.   “Nongkrong” yang bersifat negatif
Pada awalnya “nongkrong” dalam hal ini dimaksudkan hanya sekedar berkumpul dan bermain saja tetapi semakin lama mereka akan terjerumus dengan hal-hal yang negatif, seperti mabuk-mabukan, tawuran, berjudi dan lain-lain. Kegiatan ini biasanya akan merugikan banyak orang dan juga dirinya sendiri.
Apa sih manfaatnya……….?
Tidak ada sama sekali yang ada hanyalah kerugiannya dapat membahayakan diri dan orang lain. Selain itu, juga membuang-buang waktu yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas lain.
Bukankah itu yang disebut solidaritas…….?
Solidaritas ……? Tentu saja bukan karena solidaritas itu tidak membahayakan dan mencelakai teman sendiri. Bila ingin solidaritas ajaklah temanmu agar “nongkrong” dalam hal yang positif bukan melakukan hal-hal yang tercela.

        Sekarang banyak anak sekolah sebelum bel  belajar berakhir berbunyi “nongkrong” dahulu di depan sekolah mereka. Itu merupakan tanda-tanda dari dimulainya tindakan yang negatif dari “nongkrong” . Hal tersebut bisa dicegah dengan mendisiplinkan para siswa agar tidak nongkrong saat sebelum bel sekolah berbunyi dan jika melanggar sebaiknya diberikan sanksi yang tegas.
        Tetapi betapa sedihnya orang tua yang telah membiayai sekolah anak-anaknya bila anaknya tidak sampai ke sekolah dan guru-guru pun juga akan bertanya bila anak didiknya tidak masuk sekolah. Guru tersebut akan bertanya kepada orang tuanya baik lewat telepon rumah ataupun telepon genggam. Apabila orang tuanya berkata bahwa anaknya sudah berangkat sekolah tetapi di sekolah tidak ada, kemungkinan anak tersebut bolos atau “nongkrong”. Maka sekolah berkewajiban memberikan sanksi terhadap murid tersebut seperti membersihkan halaman, membersihkan ruang perpustakaan dan lain-lain saat keesokan harinya.
              Pada umumnya “nongkrong” tersebut dinilai oleh masyarakat sangat merugikan diri anak tersebut tetapi menurut kami tergantung pada anak itu sendiri mengambil keputusannya. Karena “nongkrong” belum tentu semua anak berpikiran negatif ada segi positifnya yang diambil oleh anak tersebut.
Kendala dalam megubah “nongkrong” negatif menjadi positif   
Keberhasilan seseorang bergantung dari cara mencari teman  di  lingkungan dan cara bergaulnya. Banyak generasi muda sekarang yang sudah terjerumus karena dampak dari “nongkrong” tetapi kami berharap dari Pemuda Indonesia ini  banyak mengambil manfaat positifnya dari pada negatifnya, karena itu semua atas bimbingan kepada sekolah, guru dan orang tua agar dapat membimbing  anak-anaknya agar selalu melakukan kegiatan yang positif dan selalu memantau para anak-anaknya. Beberapa faktor seorang siswa sulit mengubah “nongkrong” negatif dengan kegiatan positif :
1.    Kemauan
Jika tidak ada kemauan maka akan sulit. Ada sebagian pemuda justru bangga menjadi “pengacara” (pengangguran banyak acara). Pemuda luntang-lantung ke sana ke mari tidak jelas peran dan karyanya. Kadangkala sehari-hari hanya disibukkan dengan “nongkrong” tak ada manfaat. “Nongkrong” bukan menjadi masalah jika bermaksud positif, seperti misalnya nongkrong untuk berdiskusi dan belajar atau hal positif lainnya.
Namun, nongkrong sebagaimana sering terjadi justru pemborosan uang dan waktu. Ada pemuda yang menghabiskan sebungkus-dua bungkus rokok dan minuman sembari “menikmati malam” dan esok harinya tidur sampai siang. Untuk urusan uang, pemuda tanpa pernah rikuh selalu meminta uang orang tuanya. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya masih tergantung orang tua. Hal tersebut karena kemauan pemuda itu sangatlah kecil untuk berubah.
2.    Lingkungan
Lingkungan juga merupakan faktor penting karena walaupun kemauan untuk berubah ada dalam siswa tetapi lingkungan mereka selalu melakukan hal-hal yang bersifat  negatif. Maka siswa tersebut semakin lama akan condong ikut nongkrong yang bersifat negatif.
3.    Kurangnya perhatian
Perhatian juga sangatlah penting bagi remaja. Bagaimana mereka dapat selalu melalukan hal-hal yang positif bila tidak dapat perhatian dari orang tua. Menurut penelitian kami, remaja yang kurang perhatian akan condong bergaul dengan orang-orang yang tidak baik dan akan melakukan hal-hal yang tidak baik.
4.    Kurangnya nilai-nilai agama dalah diri siswa
Nilai-nilai agama juga penting untuk membentuk diri siswa melakukan hal yang positif. Jika nilai-nilai agama sudah terpedam pada diri siswa mungkin tidak akan ada lagi “nongkrong” yang bersifat negatif.
Upaya mengatasi nongkrong yang negatif
            Menurut kami dari pada memberikan larangan kepada siswa agar tidak “nongkrong” itu tidaklah efektif karena jika dilarang siswa akan condong ingin melakukannya. Ketika dihukum karena kesalahan, maka siswa akan condong melakukan kesalahan yang sama. Jika siswa yang berbuat kesalahan kesalahan tidak dihukum maka siswa akan lebih melakukan kesalahan tersebut dan menunjak. Sebaiknya siswa di beri perhatian yang lebih dan membiasakan tindakan yang positif pada diri siswa.
Budaya “nongkrong”  dapat mulai dibangun dari lingkungan keluarga. Kami pikir ada pengaruhnya juga apa yang dilakukan oleh keluarga terhadap budaya yang dimiliki seseorang. Waktu berkumpul bersama keluarga sangat mempengaruhi budaya anak. Berdasarkan penelitian, seorang anak yang dibiasakan dengan budaya makan malam bersama satu keluarga memiliki kecenderungan untuk menjadi anak yang baik dan berperilaku positif. Ini adalah contoh bahwa berkumpul bersama keluarga memberikan pengaruh terhadap perilaku anak, meskipun bukan berarti hal yang mutlak.
Kualitas berkumpul bersama keluarga kami pikir sangat mempengaruhi kebiasaan kita. Jika ketika berkumpul dengan orang tuanya seorang anak lebih banyak membahas hal yang tak perlu, seorang anak akan cenderung menjadi orang yang senang berkumpul untuk membahas hal yang tak perlu. Memang belum ada bukti ilmiah, tapi mungkin ada yang tertarik mengerjakannya?
Ada baiknya waktu berkumpul bersama keluarga dihabiskan dengan mendengarkan curhat anak, mencari permasalahan dan solusinya, berbicara tentang hal-hal yang positif dan dapat meningkatkan pengetahuan, serta menjadikan waktu berkumpul untuk membuat anak lebih banyak berpikir. Dengan begitu seorang anak pun akan lebih suka untuk berkumpul untuk membahas hal-hal yang penting dan positif. Kalau sudah begitu, kegiatan “nongkrong” akan banyak diisi dengan hal positif dan bermanfaat.
Kami dapat memberikan beberapa solusi untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja karena “nongkrong” yang bersifat negatif, yaitu:
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
-  Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan anak melakukan kegiatan selama masih wajar, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman  sebaya atau dengan yang lebih tua darinya.  Karena bila anak bergaul dengan teman sebaya anak tersebut akan dapat menjaga dirinya dan apabila anak tersebut bergaul dengan yang lebih tua, anak itu akan dapat berpikir lebih dewasa untuk melakukan sesuatu kegiatan.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena di sanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
-  Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
-  Carilah kegiatan di sekolah, bila saat pulang siswa dalam keadaan lelah mungkin mereka tidak berfikir lagi untuk “nongkrong”
Apakah jika sudah jenuh belajar tidak boleh “nongkrong” ?
Tentu boleh …….. tetapi usahakan agar “nongkrong” tersebut mempunyai manfaat dan tidak membuang waktu dengan sia-sia.
Berikut ini adalah 5 tips “nongkrong” agar kegiatan nongkrong semakin bermanfaat :
1.  Cari tempat “nongkrong” yang asik, seperti perpustakaan, kelas, restoran, dll
2. Bahas perbincangan yang berbobot, seperti membahas ide-ide bisnis, materi pelajaran, atau suatu project ilmiah , dengan harapan kita bisa menemulan solusi jika kita mendapat masalah.
3. Biar tidak garing dan terkesan kaku , sesekali buat lelucon agar suasana sedikit hidup.
4. Promosikan kepada teman “nongkrong”, sebuah bisnis atau produk yang kamu miliki, jadi selain nongkrong asik, tetapi kita tetap bisa produktif.
5. Putar musik untuk menambah suasana semakin hidup dan tidak jenuh saat nongkrong
              Maka janganlah mencoba-coba melakukan hal yang buruk (negatif)  saat “nongkrong” atau mencoba menghasut teman “nongkrong” untuk berbuat hal-hal yang negatif karena sekali mencoba-coba pasti akan terjerumus dan akan sulit untuk kembali.
              Banyak sekali generasi muda yang berhasil itulah yang membuat kami bangga bersekolah di Tanah Air. Tidak ada keberhasilkan tanpa di sertai dengan belajar sungguh-sungguh untuk mencapai apa yang kami cita-citakan.
              Dengan banyaknya nasihat dari guru-guru terkadang semakin menambah inspirasi yang lebih baik lagi. Maka janganlah beranggapan “nongkrong” itu sangatlah buruk. Ada bakat yang terpendam diantara siswa tersebut, dengan adanya nongkrong dengan sesama teman terkadang terbentuklah gagasan membentuk vocal group antar sekolah, group band, group marawis, cerdas cermat, dan lain-lain.
              Generasi muda adalah generasi yang akan menjadi penggerak. Apakah itu penggerak bangsa, penggerak pendidikan, dan penggerak peradaban. Jika generasi muda larut dalam “nongkrong”  tidak bermanfaat, maka peradaban di masa depan akan menjadi peradaban yang dipenuhi orang-orang yang tidak bermanfaat. Bagaimana jika kita mulai mencoba untuk selalu menyisipkan hal-hal positif dan bermanfaat di setiap tindakan? Kalau masa depan menjadi peradaban yang dipenuhi oleh orang-orang yang bermanfaat, maka kehidupan tentu akan menjadi lebih baik.
              Jadi mulailah membuat “nongkrong” yang negatif menjadi kegiatan yang positif dari sekarang. Lebih menyenangkan melakukan kegiatan positif dibandingkan dengan “nongkrong”  yang bersifat negative dan tidak mempunyai manfaat sama sekali.

0 comments:

Post a Comment